TUGAS BAHASA INDONESIA
KALIMAT DASAR
\
Dosen Pengasuh : TRI BUDIARTA
Oleh : Rinaldi Darma
Putera
NPM : 47113726
Teknologi Komputer
Universitas
Gunadarma
2013
PENDAHULUAN
Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek
(S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat,
pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat
disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
PEMBAHASAN
I.
Kalimat
Pengertian kalimat memang bermacam
macam. Para ahli bahasa pun memiliki beragam definisi atau pengertian kalimat.
Namun kita dapat pahami bahwa definisi kalimat atau pengertian kalimat itu
mempunyai maksud yang sama.
Ahli tata bahasa tradisonal dalam
buku chaer (1994:240) berbicara seputar pengertian kalimat bahwa, “kalimat
adalah susunan kata kata yang teratur yang berisi pikiran lengkap.” Dalam
tulisan latin, kalimat adalah sebuah kata atau sekumpulan kata yang diawali
huruf capital diakhiri intonasi final tanda titik (.), tanda tanya (?), dan
tanda seru (!) termasuk didalamnya tanda koma (,), titik dua (:), titik koma,
tanda pisah (-), tanda sambung (-), dan spasi yang dapat menyampaikan pemikiran
secara utuh.
Dalam pengertian umunya kalimat
adalah, satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun
tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan
keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam
wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah
subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut,
pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang
membedakan frasa dengan kalimat. Disini, kalimat dibagi menjadi dua,
yaitu :
1.1 kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah, kalimat yang hanya mempunyai satu
pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu
keterangan (jika perlu). Contoh :
- Kakak berlari
- Pak Arman makan bakso
- Pak Arman makan bakso di kantin
Perluasan
kalimat tunggal dapat dilakukan di antara keterangan tempat, keterangan waktu,
keterangan alat, keterangan cara, dan sebagainya.
Perhatikan
contoh berikut.
- Amir bermain sepak bola di lapangan
- Paman mengunjungi kami kemarin
- Ibu menjahit pakaian dengan rapi
- Rini menulis surat dengan mesin tik
1.2 kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk
kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu
dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi
didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat
majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut
dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya.
Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
a. kalimat majemuk setara
Kalimat
Majemuk Setara adalah kalimat majemuk yang terdiri atas beberapa kalimat yang
setara/sederajat kedudukannya.
Kalimat Majemuk Setara adalah
penggabungan dari 2 kalimat / lebih dengan menggunakan kata hubung.
Terdiri dari:
1. Kalimat majemuk setara sejalan
à
Kalimat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang
bersamaan situasinya.
Contoh: Umkar pergi ke pasar, Ririn
pergi ke sawah sedangkan Sirob pergi ke sekolah.
2. Kalimat majemuk setara berlawanan
à
Kalimat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat yang isinya
menyatakan situasi yang berlawanan.
Contoh:
Danis anak yang rajin, tetapi
adiknya pemalas.
3. Kalimat majemuk setara yang
menyatakan sebab akibat
à
kalimat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang isi
bagian satu menyatakan sebab akibat dari bagian yang lain
Contoh : Ajiz mendapatkan rangking
1, karena dia anak yang rajin
b. kalimat majemuk rapatan
alimat
majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek,
predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
- Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
Contoh:
- Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
- Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
- Pekerjaannya hanya
merokok. (kalimat tunggal 3)Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok.
(kalimat majemuk rapatan)
c. kalimat majemuk bertingkat
Kalimat Majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari
beberapa kalimat tunggal yang kedudukanya tidak setara/ sederajat, yakni yang
satu menjadi bagian yang lain.
Kalimat
majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal. Bagian
dari kalimat tunggal tersebut kemudian diganti atau diubah sehingga menjadi
sebuah kalimat baruyang dapat berdiri sendiri.
Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami pergantian/ perubahan dinamakan induk kalimat, sedang bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang sudah mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat.
Contoh :
Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang mempunyai keterangan waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti/ diubah menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, yakni diubah/ diganti dengan kalimat: ketika orang sedang makan, maka berubahlah kalimat tunggal tersebut menjadi kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang sedang datang.
Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian) dinamai induk kalimat, sedang perkataan: ketika orang sedang makan (yang mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.
Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami pergantian/ perubahan dinamakan induk kalimat, sedang bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang sudah mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat.
Contoh :
Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang mempunyai keterangan waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti/ diubah menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, yakni diubah/ diganti dengan kalimat: ketika orang sedang makan, maka berubahlah kalimat tunggal tersebut menjadi kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang sedang datang.
Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian) dinamai induk kalimat, sedang perkataan: ketika orang sedang makan (yang mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.
d. kalimat majemuk
campuran
kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari
tiga kalimat.
Contoh:
* Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
* Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
* Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran).
Contoh:
* Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
* Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
* Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran).
II.
Unsur Unsur Kalimat
Suatu kalimat terdiri dari beberapa
unsur antara lain :
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural
dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam
bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal,
numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat
di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang
tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi
sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras
sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga
h. Peserta audisi itu puluhan ribu
orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di atas,
terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa
(lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi
sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh
kalimat dengan predikat berkategori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c
dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut
kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat
berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh
kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i
dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut
kalimat preposisional.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya
mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa
Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat
inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu,
katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas,
kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu,
ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai
subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat
seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan
mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus
dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam
kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal
transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya
dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika
kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan
hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b.
Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip
dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi
subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata
yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut
berfungsi sebagai pelengkap bukan objek. Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat
kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki
subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi
keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak
dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di
depan S atau P. Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku
itu.
b. Kami membaca buku itu di
perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca
buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak
bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan
mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan
P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar
pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan
pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi
(di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak
semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata,
seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja
sama dengannya.
Pola
Kalimat
Kalimat yang kita gunakan
sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat
terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari
beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing,
kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja
harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi
informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu
dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun
keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat
dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
1.)
Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe
ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Misalnya:
- Mereka / sedang berenang. = S / P(Kata Kerja)
- Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
- Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
- Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (kata bilangan)
2.)
Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina
atau frasa nominal. Misalnya:
- Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S /P / O
3.)
Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat,
dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
- Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.
4.)
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa
nominal. Misalnya:
- Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.
5.)
Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:
- Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K
6.)
Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek
berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
- Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K
7.)
Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau
kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya :
- Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K
8.)
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina
atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
- Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K
DAFTAR
PUSTAKA :
No comments:
Post a Comment